Minggu, 28 Oktober 2012

Kalau Ada Kata Positif Kenapa Harus Pilih Negatif ??

Jak ... Mania !!!

JakOnline- Oke tidak perlu basa basi karena saya bukan penulis yang hebat merangkai kata hingga menjadi buku best seller, juga bukan pak presiden yang mau pidato kenegaraan. Tapi saya disini hanyalah supporter. Yaa supporter yang mencintai tim kebanggaannya. Bukan mencintai “identitas” kebanggaannya sendiri.

Persija ...

Masyarakat mana yang tidak kenal nama itu. Dari direktur bank sampai tukang kue rangi pasti tau tim kebanggaan Jakarta itu. Bahkan di sebuah acara televisi ketika ada pertanyaan tim tertua di Indonesia, para respondennya yang rata-rata masyarakat awam sepakbola menjawab Persija walau jawaban sebenarnya adalah PSM Makassar. Itu menunjukkan bahwa Persija dikenal dan diakui masyarakat Indonesia.

Namun, ketika ditanya ‘apakah anda tahu The Jak Mania?’. Sedikit miris jawabannya.. yaa mereka masyarakat awam sepakbola tersebut menjawab ‘iya saya tahu, Jakmania supporter Jakarta yang belum dewasa. Menang kalah selalu membuat onar. Ketika menang tawuran, dan ketika kalah bis hancur’. Sedikit miris mendengarnya, bahkan bukan sedikit tapi sangat miris. Tentu saja ini bukan sebuah nilai positif dari arti fanatisme. Tapi image negatif yang selalu melekat di mindset masyarakat tentang The Jak Mania. 

Pertanyaan saya: Sampai kapan image itu terus melekat di pikiran masyarakat? Apakah hanya yang negatif saja yang dilakukan supporter Persija?

Sedikit kita renungkan jika ini terus berlanjut tentu bukan kerugian untuk kita semua. Tapi tentu tim yang  juga dirugikan. Apakah kita rela nama baik kita terus hina di masyarakat dan Persija sebagai tim yang kita cinta dan banggakan terus merugi akibat ulah pendukungnya sendiri? Tentu tidak bukan? Dan kalian tentu akan nyaman ketika mendukung Persija di stadion dengan izin orang tua yang tidak lagi takut ketika kita berangkat ke stadion

Sudah saatnya kita berubah. Kita pelan-pelan hapus image buruk yang sudah terlanjur melekat di pikiran mereka. Jakmania bukanlah supporter jahiliyah. Jakmania bukanlah supporter yang bangga dengan keonaran yang dibuatnya. Sudah saatnya kita bangga terhadap nama Persija bukan nama ‘kampung’ sendiri. Tawuran bukan identitas kita. Kreatifitas adalah ciri kita.

Kita buktikan image negatif itu tidak akan terjadi lagi dimusim liga selanjutnya hingga seterusnya. Mulai dari diri sendiri, tanamkan dalam hati bahwa kita harus menjaga nama besar dan nama baik Persija serta Jakmania. Jadikan kembali Jakmania supporter fanatik yang cerdas dan sehat. Jadikan Jakmania supporter terbaik tanah air yang pernah diraih beberapa tahun silam. (@afrizal19/JO)

Jakmania Bersaudara .. Persija Juara !!!

Update terbaru skuad Macan Kemayoran

JakOnline- Hanya jeda sehari setelah manajemen mengumumkan Feri Komul gelandang serang eks PSAP Sigli kelahiran 1 Maret 1987 menjadi bagian skuad Macan Kemayoran, Kamis (4/10) manajemen kembali merilis beberapa pemain lokal, dan satu pemain asing yang direkrut, serta pemain yang resmi dilepas.

Gustavo Lopez menjadi kuota pemain asing yang akan memperkuat Persija, setelah sebelumnya Ferry Paulus mengungkapkan “Persija hanya akan menggunakan 3 pemain asing untuk musim 2012-2013,” 

Dengan bergabungnya Gustavo, maka Robertino Pugliara, Precious Emujeraye, Jeong Kwang Sik, 3 pemain asing Persija musim lalu tidak diperpanjang kontraknya. Gustavo Lopez melengkapi trio pemain asing dari Amerika Latin yang dimiliki Persija, setelah sebelumnya Pedro Javier, dan Fabiano Beltrame dipertahankan.

Untuk pemain lokal, setelah sebelumnya Feri Komul dipastikan bergabung, nama-nama lain dipastikan bergabung seperti Daryono (Diklat Salatiga) yang berposisi kiper, Barkah Crustian (Persepam Pamekasan) kelahiran 17 April 1990,berposisi bek tengah, Anandito Wahyu (Mitra Kukar) Striker kelahiran 13 April 1988, dan Abduh Lestaluhu jebolan SAD Uruguay, kelahiran 16 Oktober  1993 yang musim sebelumnya memperkuat Persis Solo berposisi bek kiri. 

Selain itu, ada satu pemain dari Persija u21 yang di tarik untuk masuk skuad Persija yaitu Gilang Harahap yang berposisi sebagai pemain bertahan(JO)

Persija cuma satu, yang lain ngaku-ngaku!

JakOnline- Setelah melalui jalan yang cukup panjang, dan melelahkan kurang lebih selama setahun terakhir, kasus “dualisme” Persija memasuki babak akhir keputusan.

Dalam sidang keputusan yang berlangsung Selasa 23/12 di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Hakim Ketua memutuskan untuk menolak seluruh eksepsi (jawaban) dari pihak tergugat. Sidang kasus dualisme Persija ini sendiri pertama kali digelar 8/11/11 setelah berkas perkara masuk ke PN Jakatim 7/12/11.

Hasil keputusan dari majelis hakim yang berjumlah tiga orang, menyatakan bahwa
1. PT. Persija Jaya (pihak tergugat) tidak berhak menggunakan nama, lambang, dan logo Persija Jakarta.
2. PT. Persija Jaya (pihak tergugat) bukan pihak administrator dari klub Persija Jakarta
3. PT. Persija Jaya (pihak tergugat) diwajibkan membatalkan pendaftaran atas nama Persija Jakarta, dibawa kompetisi PSSI (Indonesia Premier League/IPL)

“Seluruh eksepsi (jawaban) dari pihak tergugat, seperti yang sudah sama-sama kita dengar di persidangan semuanya ditolak, sehingga PT. Persija Jaya (pihak tergugat) tidak berhak menggunakan nama Persija, ungkap Gusti Randa pengacara PT. Persija Jaya Jakarta (pihak penggugat)

“Kebenaran sudah dibuktikan, tidak ada persija yang lain, Persija Cuma satu, kebenaran tidak dapat diselewengkan” ungkap Ferry Paulus tegas seusai sidang. 

“The Jakmania merupakan salah satu bukti yang sangat valid untuk menentukan mana Persija yang asli, terimakasih The Jak untuk dukungannya, pungkas Ferry Paulus (Zani-JO)

Persija cuma satu, yang lain ngaku-ngaku!

JakOnline- Setelah melalui jalan yang cukup panjang, dan melelahkan kurang lebih selama setahun terakhir, kasus “dualisme” Persija memasuki babak akhir keputusan.

Dalam sidang keputusan yang berlangsung Selasa 23/12 di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Hakim Ketua memutuskan untuk menolak seluruh eksepsi (jawaban) dari pihak tergugat. Sidang kasus dualisme Persija ini sendiri pertama kali digelar 8/11/11 setelah berkas perkara masuk ke PN Jakatim 7/12/11.

Hasil keputusan dari majelis hakim yang berjumlah tiga orang, menyatakan bahwa
1. PT. Persija Jaya (pihak tergugat) tidak berhak menggunakan nama, lambang, dan logo Persija Jakarta.
2. PT. Persija Jaya (pihak tergugat) bukan pihak administrator dari klub Persija Jakarta
3. PT. Persija Jaya (pihak tergugat) diwajibkan membatalkan pendaftaran atas nama Persija Jakarta, dibawa kompetisi PSSI (Indonesia Premier League/IPL)

“Seluruh eksepsi (jawaban) dari pihak tergugat, seperti yang sudah sama-sama kita dengar di persidangan semuanya ditolak, sehingga PT. Persija Jaya (pihak tergugat) tidak berhak menggunakan nama Persija, ungkap Gusti Randa pengacara PT. Persija Jaya Jakarta (pihak penggugat)

“Kebenaran sudah dibuktikan, tidak ada persija yang lain, Persija Cuma satu, kebenaran tidak dapat diselewengkan” ungkap Ferry Paulus tegas seusai sidang. 

“The Jakmania merupakan salah satu bukti yang sangat valid untuk menentukan mana Persija yang asli, terimakasih The Jak untuk dukungannya, pungkas Ferry Paulus (Zani-JO)

Kamis, 05 Juli 2012

Deltras Janji Tetap Fight

Deltras FC kini yang sudah pasti akan turun kasta ke Divisi Utama (DU) musim depan berjanji akan tetap fight saat menjamu Persija Jakarta, Jumat (6/7) di Gelora Delta Sidoarjo.  Sang pelatih, Blitz Tarigan, memotivasi pemainnya untuk tetap tampil maksimal demi Deltamnia—julukan suporter Deltras karena jika menang lawan tim sekaliber Persija tentu akan meningkatkan keprcayaan diri untuk memulai musim depan.
“Kami hanya bisa memotivasi pemain agar tidak mengecewakan suporter, kalau lepas degradasi sulit,” terang Blitz Tarigan, Kamis (5/7) pagi.
Yang diungkapkan Blitz memang benar, sebab Deltras FC ketika bermain di markasnya sendiri tidak pernah menang khusunya di putaran kedaua, kecuali saat melawan Persiba Balikpapan. Untuk itu, Blitz berharap semangat para pemainnya tetap bangkit. Apalagi lawan yang akan dihadapi adalah tim asal ibukota, Persija Jakarta yang mempunyai kualitas pemain terbaik.
Apalagi Persija masih mempunyai motivasi tinggi yakni merangsek ke posisi tiga di klasemen akhir nanti. Untuk itu, yang dibidik Persija sebagai tumbal adalah Deltras. Jika Deltras tidak berhati-hati maka akan semakin menenggelamkan persepakbolaan kota Sidoarjo. “Kami akan tampil habis-habisan. Apalagi lawan yang kita hadapi adalah Persija, mereka mempunyai pemain lokal lebel timnas da pemain asing bagus,” tambahnya.
Kendati Persija adalah tim bertabur binang, tambah Blitz, bukan berarti timnya akan bermain bertahan. Apalagi Blitz megaku bisa memaiankan sejumlah pemain pilarnya seperti Qischil Gandrum, JK Lomell, Kone Lancine, dll. “Kami akan tampil menyerang, tapi yang patut kami bongkar adalah pertahanan Persija yang terkenal kokoh,” jelas pelatih asal Medan itu.
Ia menyebut, tidak mudah melewati pemain bertahan yang dimiliki Persija seperti Fabiano, Ismed Sofyan, dan Precious. Tapi Persija menuai hasil buruk dipertandingan terakhirnya setelah dipermalukan tim tamunya, Persiram Raja Ampat. Untuk itu, ini kesempatan pemain Deltras untuk mengahancurkan kepercayaan diri tim Macan Kemayoran—julukan Persija.

Persija berangkat ke Sidoarjo tidak didampingi pelatih






JakOnline-Beban cukup berat ada di pundak Macan Kemayoran, disaat akan melakoni laga tandang melawan Deltras Sidoarjo team tidak akan didampingi pelatih.

Hal ini seperti yang disampaikan Ferry Indrasjarief yang menjelaskan, “Iwan Setiawan tidak bisa mendampingi team ke Sidoarjo karena sakit dan akan diisi oleh Sudirman assiten pelatih Persija yang akan memberikan instruksi”

Sebanyak 15 pemain dan 5 official Persija berangkat ke Sidoarjo via Surabaya besok (4/7) penerbangan sore hari pukul 17.45, berangkat dari Mess Graha Wisata Ragunan pukul 15.00, ungkap Ferry Indrasjarief sekretaris team Persija.

“Hotel Delta Sinar akan menjadi tempat menginap pemain selama di Sidoarjo,”ujar Ferry
Target meraih hasil yang maksimal tetap diusung Persija untuk bisa tetap merangsek naik ke 4 besar klasemen sementara, saat ini Persija berada di posisi 5 klasemen sementara terpaut 1 poin dengan Persela di peringkat 4 (Zani-JO)

Pemain Persija yang berangkat ke Sidoarjo : Andritany, Galih Sudaryono, Ismed Sofyan, Leo Saputra, Fabiano, Precious, Amarzukih, Ramdani, Hasim Kipuw, Robertino, Oktavianus, Rudi Setiawan, Rachmat Affandi, Pedro Javier, Bambang Pamungkas

Jumat, 01 Juni 2012

THE JAKMANIA KONTRA VIKING

JakOnline- Perseteruan antar suporter Persija dan Persib sudah berlangsung lama, tepatnya sejak tahun 2000 yaitu bertepatan dengan Liga Indonesia 6 berlangsung. Di putaran 1 sekitar 6 buah bis suporter Persib datang ke Lebak Bulus dan masuk ke Tribun Timur. Mereka terdiri dari banyak unit suporter seperti Balad Persib, Jurig, Stone Lovers, ABCD, Viking dll. Saat itu yang terbesar masih Balad Persib. Meski sempat nyaris terjadi gesekan dengan the Jakmania, tapi alhamdulilah tidak terjadi bentrokan yang lebih luas. Justru suporter Persib bergerak ke arah the Jakmania tuk berjabat tangan. Gw inget banget yel mereka waktu itu : “ABCD … Anak Bandung Cinta Damai”. Selesai pertandingan suporter Persib juga didampingi the Jakmania menuju bus mereka. The Jakmania mengikuti dengan menyanyikan lagu Halo Halo Bandung.

Penerimaan the Jakmania membuat Viking berniat tuk mengundang datang ke Bandung saat putaran 2. Dialog berlangsung lancar karena seorang Pengurus the Jakmania yang bernama Erwan rajin ke Bandung tuk bikin kaos. Hubungan Erwan dengan Ayi Beutik juga konon akrab banget sampe2 Erwan pernah cerita kalo dia suka sama adiknya Ayi Beutik. Melalui Erwan jugalah Viking menyatakan keinginannya tuk mengundang dan menyambut the Jakmania di Bandung meski mereka sendiri masih khawatir dengan sikap bobotoh yang lain.

The Jakmania saat itu belum sebesar sekarang. Yang nonton di Lebak Bulus aja cuma di sisi Selatan tribun Timur. Jadi bersebelahan dengan Viking. Nah ajakan Viking itu langsung kita bahas, dan kita memang sudah punya niat tuk melakoni partai tandang. Dibentuklah kemudian perencanaan, salah satunya dengan mengutus Sekum dan Bendahara Umum the Jakmania saat itu yaitu Sdr Faisal dan Sdr Danang. Mereka ditugaskan tuk melobi Panpel Persib dari mulai masalah tiket hingga tribun the Jakmania. Kebetulan Danang lagi kuliah di Bandung sehingga tempat kosnya jadi tempat kumpulnya the Jakers disana. Selain mereka berdua memang adalagi yang menawarkan diri tuk bantu seperti Sdr Budi Rawa Belong. 

Jujur gw katakan kita memang belum pengalaman mengkoordinasikan anggota tuk nonton tandang. Tapi yang menjadi masalah justru bukan di koordinator tapi di anggota. Banyak anggota yang bandel daftar pada hari H nya. Jumlah yang tadinya cuma 400 orang berkembang menjadi 1000 orang lebih! Bayangin gimana repotnya kita nyari bis tuk ngangkut segitu banyak orang. Akibatnya kita berangkat baru jam 12 siang! Itu juga terpecah menjadi 3 rombongan. Satu bis berangkat lebih dulu karena akan ganti ban. Disusul 4 bus kemudian. Dan terakhir termasuk gw berangkat dengan 4 bus tambahan. 
Keberangkatan kita sendiri juga masih diliputi keraguan apakah dapat tiket atau tidak. Tim Advance yang diutus mendapatkan kesulitan mencari tiket. 4 hari sebelum pertandingan terjadi kerusuhan di stadion Siliwangi akibat distribusi tiket yang kurang lancar. Ada seorang Vikers yang menganjurkan the Jak tuk hadir di acara khusus pertemuan tim dengan suporternya. Faisal, Danang dan Budi ambil keputusan tuk hadir di acara itu. Disana mereka sempat bertemu Walikota Bandung, Kapolres, Ketua Panpel dan Ketua Keamanan. Mereka semua menjamin bahwa the Jakmania akan bisa masuk dan tiket akan disiapkan khusus. Paling tidak itulah info yang gw dapet dari tim Advance.

1 bis pertama tiba di Stadion Siliwangi. Viking siap menyambut dan mempersilahkan masuk ke stadion, padahal tiket belum di tangan. Sayang hal yang dikhawatirkan Viking terbukti. Perlahan tapi makin lama makin banyak datanglah bobotoh nyamperin the Jak dengan sikap yang tidak simpatik. Melihat gelagat buruk ini Viking minta the Jak tuk keluar dulu ke stadion sambil menunggu rombongan berikut. Sembari menunggu, beberapa rekan ada yang melaksanakan sholat ashar dulu. Ketika selesai sholat, mulailah terjadi hal2 yang tidak diinginkan. Rekan2 kita mendapatkan pukulan disana sini dengan menggunakan kayu. Salah satunya (gw lupa namanya) tersungkur berlumuran darah yang keluar dari kepalanya. Melihat situasi ini the Jakmania kembali diungsikan menjauh dari stadion. 

Rombongan besar 8 buah bis akhirnya tiba juga. Tapi karena terlambat, stadion Siliwangi sudah penuh sesak. Lagipula kita tetap tidak berhasil mendapatkan tiket. Panpel memang kelihatan salah tingkah dan berusaha mengumpulkan dari calo2 yang masih beredar di sekitar stadion, namun jumlahnya juga tidak memadai hanya 300 lembar. Sementara bobotoh yang masih berada di luar juga mulai melakukan serangan terhadap the Jakmania. Gw sempet coba menenangkan dan cekcok dengan seorang bobotoh yang ngambil dengan paksa kacamata anggota kita. Bobotoh itu bilang kalo dia kesal sama anak Jakarta karena mereka juga diperlakukan dengan tidak simpatik di Jakarta ketika menyaksikan pertandingan Persijatim vs Persib di Lebak Bulus. Mereka tidak mau tau kalo Persijatim tu beda dengan Persija. Seingat gw kejadian ini sempat direkam foto oleh wartawan dari Tabloid GO dan terpampang jelas esoknya di media tersebut. Dan kalo ga salah yang nyerang kita tu pake kaos Stone Lovers dan Persib. Mungkin ada juga yang laen karena gw dah lupa dan kurang jelas.

Gw lalu ngambil inisiatif tuk nyari rombongan pertama yang dateng duluan dan mengajak mereka tuk gabung ke rombongan besar. Disana gw minta maaf ke semua anggota karena gagal membawa rombongan sampai masuk ke stadion. Di situ dari Panpel juga sempat minta maaf. Namun kondisi ini tidak bisa diterima oleh seluruh rombongan, bahkan mereka juga tidak mau berjabat tangan dengan 3 orang Viking yang masih setia mengawal meski pertandingan sudah berlangsung.

Ketika rombongan hendak pulang, tiba2 kita diserang lagi oleh bobotoh yang masih nunggu di luar stadion. Kondisi ini jelas tidak bisa diterima. Sudah ga bisa masuk masih juga diserang. Akhirnya kita balas perlakuan mereka. Jumlah bobotoh di luar stadion masih ratusan sehingga terjadilah bentrokan yang mengakibatkan pecahnya kaca2 mobil akibat terkena lemparan dari kedua kubu. Ketika polisi datang, keributan mereda dan the Jakmania mulai beranjak pulang. Sempat pula terjadi bentrok beberapa kali ketika rombongan berpapasan dengan bobotoh yang pulang karena tidak kebagian tiket.

Beberapa waktu kemudian ketika Tim Nasional akan bertanding di Senayan, Viking Jakarta berniat datang. Gw melihat gelagat kurang baik jadi gw minta mereka tuk selalu jalan berdampingan dengan gw. Ketika pertandingan selesai, ada sedikit cekcok antara beberapa orang the Jakmania dengan pendukung PSIS Panser Biru Jakarta. Gw kemudian meminta Sdr Aceng tuk ngawal Panser Biru hingga mereka pulang. Ketika gw hendak kembali ke rombongan Viking, ternyata mereka sudah diserang oleh sekelompok the Jakmania. Buru2 gw lari kesana dan ngambil lagi syal Persib yang sudah diambil. Viking gw kawal trus dibantu seorang anggota dari Tanjung Duren. Di depan, seorang anggota Viking yang mengalami serangan jantung dibawa naik taksi tuk pulang. Sisanya gw temenin sampe Polda Metro Jaya. Kalo ga salah ada Viking Depok yang namanya Rusdi. Sebetulnya menurut gw serangan the Jak saat itu tidak separah ketika kejadian di Bandung. Toh tidak ada satupun anak Viking yang cedera. Cuma sayang ternyata di antara mereka ada juga yang berasal dari Bandung dan entah apa yang mereka ceritakan disana, Viking langsung membalas ketika kita bertandang ke Cimahi melawan Persikab Kabupaten Bandung. 

The Jakmania awalnya bebas bernyanyi dan memberikan dukungan ke Persija. Tapi Viking yang awalnya berada di seberang tribun kita mulai bergerak menghampiri tanpa ada satupun usaha pencegahan dari Panpel. Ketika dekat mereka langsung meneriakkan kata2 penuh kebencian disertai lemparan benda2 keras dan botol ke arah kita. Salah satunya mengenai Sdri Temi yang langsung jatuh pingsan. Gw coba menelpon Sdr Heru Joko Ketua Umum Viking tuk minta bantuan menghalau anggotanya. Heru saat itu bilang kalo dia masih di perjalanan tapi akan segera datang. Belakangan gw dapat kabar dari seorang wartawan kalo Heru ternyata sudah tiba sejak awal pertandingan …..???!!! Ketika pertandingan usai, Panpel meminta the Jakmania bertahan dulu di tengah lapangan hingga suasana aman. 

The Jakmania kemudian keluar stadion dengan pengawalan ketat. Diluar kita diangkut dengan truk polisi dan panser menuju jalan tol dimana bus2 kita sudah menunggu. Sampai disana kita mendapati bus kita dalam kondisi hancur berat. Salah seorang anggota yang usianya mencapai 70 tahun lebih ternyata sudah berada di dalam bis ketika penyerangan berlangsung. Dia jadi saksi bagaimana seluruh tas dan perbekalan diambil oleh Viking yang tidak bertanggung jawab tersebut. Gw langsung telpon lagi Heru Joko tuk protes keras kenapa dia tidak berusaha meredam amarah anggotanya dan kenapa dia berbohong mengatakan kalo dia belum tiba di stadion. Tidak ada penjelasan apapun yang memuaskan hati gw. Dan mulai saat itu gw pikir sangat sulit tuk berharap hubungan membaik bila pimpinan tidak berusaha tuk meredam api permusuhan ini.

Sejak saat itulah api dendam dan permusuhan terus berkobar di kedua belah pihak. Puncaknya di acara Kuis Siapa Berani di Indosiar. Acara ini diprakarsai oleh Sigit Nugroho wartawan Bola yang terpilih menjadi Ketua Asosiasi Suporter Seluruh Indonesia. Waktu itu Sigit sempat telpon gw dan minta supaya the Jak yang dateng jangan banyak2 tuk menghindari bentrokan. Gw tunjuk 20 orang peserta dab 3 orang cadangan sesuai permintaan Indosiar, plus 1 orang lagi bagian dokumentasi. Mereka cuma gw ijinin pake 3 buah mobil pribadi, karena kalo gw nyewa bis nanti banyak yang ngikut. Gw sendiri ga ikut acara itu karena harus kerja. 

Sayang bentrokan ternyata ga bisa dihindari. Bukan gw memihak tapi faktanya memang Viking yang mulai. Mereka neriakin yel2 “Jakarta Banjir” yang dibales juga oleh the Jak. Suasana memanas hingga akhirnya terjadi benturan fisik. Ketika ditelpon gw langsung menuju Indosiar pake taksi. Sampe disana sebagian the Jakmania sudah diluar Indosiar, di dalam gw liat 6 orang the Jak sedang berselisih dengan Viking. Melihat hal yang tidak sebanding ini gw langsung mendesak ke arah Viking tanpa gw tau siapa yang gw serang itu. Sebelumnya gw nyamperin dulu Aremania dan Pasopati yang hadir disana. Yang gw heran kenapa Viking hadir disana dalam jumlah yang cukup besar, 2 bis berisi 74 orang. 

Letak Indosiar di Jakarta, jadi ga heran pelan2 berdatanganlah para suporter Persija kesana. Suasana sudah tidak terkendali dan atas inisiatif Polisi dan Indosiar, Viking langsung diungsikan dengan menggunakan truk Polisi. Namun kejadian ini ternyata dah menyebar luas kemana-mana hingga akhirnya terjadilah penyerangan terhadap rombongan Viking di tol Kebon Jeruk. 

Setelah kejadian itu gw beberapa kali mendapat panggilan dari pihak kepolisian. Saat itu gw membantah kalo terjadi penyerangan yang memang dikoordinir oleh the Jakmania. Juga gw bantah kalo terjadi perampokan. Gw juga heran gimana Viking menyatakan klo hadiah menang kuis dirampok the Jak padahal hadiah itu kan belum diserahkan pihak Indosiar. Hadiah untuk the Jak pun sampe sekarang ga kita terima. Saat itulah nama the Jakmania menjadi buruk. Di mata media the Jakmania tidak menerima kalah sehingga menyerang. Opini sudah terbentuk dan masyarakat di Bandung juga ikutan menghujat, sementara di Jakarta menyayangkan.

Ya sudahlah. Biarin orang ngomong apa, tapi ga menyurutkan kebanggaan gw terhadap Persija dan the Jakmania apapun kondisinya. Paling tidak di mata gw sekarang Viking cuma bisa bekoar nantang tapi ketika kalah mereka malah ngadu ke polisi. Sesuatu yang dimata gw sangat tidak suporter. 

Semenjak terjadi permusuhan dengan the Jakmania, apalagi setelah kejadian Indosiar, Viking berkembang pesat menjadi suporter yang dominan di Bandung. Mereka terus menebarkan kebencian ke the Jak dengan mengeluarkan kaos2 dan lagu2 yang bersifat menghujat the Jak. Reaksi anggota the Jakmania juga heboh. Mereka rame2 bikin kaos yang balas menghujat viking. Tapi semua ga ada yang jadi karena gw melarang seorangpun tuk bikin kaos yang bertuliskan viking/persib meski dalam bentuk hujatanpun. Bagi gw tulisan yang pantas berada di kaos suporter Persija hanyalah PERSIJA dan THE JAKMANIA. 

Cuma akhirnya gw nyerah juga, biar gimana gw ga mungkin ngelawan arus trus. Ini terjadi ketika Ismed Sofyan diserang sama Viking di Bandung ketika uji lapangan. Kondisi kaya gini dah ga bisa gw terima. Sejak itulah bertubi-tubi keluar desain2 dan yel-yel serta lagu menghujat mereka. Cuma tetep ada bedanya the Jak sama Viking. Kalo the Jak nyanyi hujatan hanya saat pertandingan melawan Persib, tapi klo Viking sepertinya hendak melakukan propaganda kepada anggotanya dan masyarakat bola. Mereka terus melakukan hujatan meski saat itu Persib tanding melawan tim lain.
Sikap ini justru malah mengobarkan api kebencian suporter Persija terhadap Viking. Sehingga the Jakers banyak yang benci mereka bukan karena tau kejadian awalnya, tapi karena mereka ga suka dikata-katain terus. Belakangan Komisi Disiplin mengeluarkan larangan akan hal-hal seperti ini. Terlambat! Dan penerapannya juga ga konsisten, masih banyak yang tetap melakukannya, bukan hanya Viking atau the Jakmania tapi hampir di semua stadion di Indonesia. 

Sebetulnya ada juga pihak2 yang mengusahakan perdamaian. Panpel Persib pernah berinisiatif mempertemukan the Jakmania dan Viking di Bandung. Gw sendiri hadir saat itu bersama 2 orang lagi, Heru Joko hadir bersama 3 orang temannya, Panpel Persib dan Manajer Persija saat itu Bpk IGK Manila. Tapi pertemuan tersebut buntu karena tidak ada niat dari Heru Joko tuk berdamai. 

Perseteruan makin melebar. Semakin banyak Viking yang masuk ke website the Jakmania dan menebarkan virus kebencian … semakin banyak dan besarlah kebencian the Jakers ke mereka. Bahkan Panglima Viking Ayi Beutik sempat mengeluarkan pernyataan tuk menjaga kelestarian permusuhan ini seperti Barcelona dan Real Madrid.

Gw sih sebetulnya dah masa bodo dengan hal ini. Konsentrasi gw sekarang kan di tim, dan the Jakmania sudah punya pengurus yang baru. Tapi gw juga ga bisa tinggal diam bila permusuhan ini merembet ke tim masing2. Setelah beberapa kali mendapat perlakuan buruk tiap bermain di Bandung, akhirnya the Jak melakukan pembalasan pada bis Persib di Lebak Bulus. Jujur, gw tidak setuju dengan cara seperti ini, meski gw juga tidak menyalahkan. Seminggu sebelumnya gw dah bilang di forum the Jakmania di sekretariat Lebak Bulus, kalo Heru Joko ketua Viking, ikut bantu mengamankan bis Persija di Bandung. Ia bahkan berada langsung dalam bis Persija. Tapi masa disana memang sudah sulit terkendali bahkan oleh ketuanya sekalipun. Apa boleh buat? The Jakmania sudah melaksanakan pelampiasan dendamnya, sayangnya dengan melakukan tindakan yang sebelumnya mereka cela. 

Sekarang permusuhan the Jakmania kontra Viking menjadi warna tersendiri bagi sepakbola Indonesia. Seorang sutradara tertarik menjadikan perseteruan ini sebagai inspirasi dalam filmnya yang berjudul ROMEO & JULIET. Lucunya di tengah perseteruan, mereka justru kompak untuk menolak film ini dengan alasannya masing2. Bedanya di Bandung .. Ketua Viking dengan didukung anggotanya membuktikan ucapannya dengan menggagalkan pemutaran film ini. Sementara di Jakarta justru sebaliknya, meski pimpinan menyatakan akan menuntut tapi toh hampir semua bioskop2 di jabodetabek dipenuhi oleh orang oren yang memang sudah ga sabar menanti film ini diputar.

Nah, itulah kisah panjang tentang permusuhan 2 kelompok suporter besar di Indonesia, paling engga dari kacamata gw. Tulisan ini dibuat atas permintaan seorang bobotoh yang penasaran dengan sebab musabab permusuhan tersebut. Gw juga ga suka dengan orang yang berkomentar sinis baik terhadap the Jakmania maupun Viking. Mereka itu tidak tau apa2, bisanya cuma menghakimi aje. Ada hak apa mereka menghujat? Liat dulu kisahnya baru mereka akan berpikir dan bantu mencarikan solusi. 

Klo lu tanya ke gw, masih ada ga kemungkinan damai? Jawabanya ‘bomat” alias bodo amat. Ngapain mikirin? Bagi gw damai tu bukan kata benda, tapi kata kerja. Jadi ga usah banyak ngomong deh, yang penting buktiin. Lebih baik mikirin KOMITMEN masing2 aje, lebih cinta mana kita sama PERSIJA atau sama PERMUSUHAN DENGAN VIKING?

*Note : Tulisan oleh Bung Ferry (Salah satu dari 40 pendiri The Jakmania, Mantan Ketua Umum The Jakmania, tulisan bersumber dari Facebook Bung Ferry per tanggal 1 Juli 2009)